Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2012

Ketika Mendung

remuk redam raga ini aku sudah bosan lelah aku diperdaya keadaan bermain-main dengan waktu atau kita yang dipermainkan oleh jaman mencoba menikmati angin yang bertiup lalu berputar dan menghilang menganalogikan langit dan bumi yang saling melengkapi begitu juga Norton dan Thevenin dalam hukum rangkaian listrik pohon bergoyang mengikuti irama alam guntur bersuara bak seorang penguasa ketika hidup hanya dianggap sebuah diagram linear dan suatu kedinamisan tak berarti aku menolak statis, karena ingin terus berprogresif ketika mendung aku merenung lalu hujan turun dan aku terkungkung

Senja

berbincang disela waktu mulai angkat tangan atas sesuatu sudah lah masa bodoh kembali bercengkerama dan bercanda senja itu aku melihat langit jingga apik bercampur kelabu senja ini membuat galau ketika semu mulai diungkit tak semudah menyatukan asa tapi tak sesulit merangkai aliran listrik berharap berakhir dengan suka bukan dengan rasa sakit (untuk Evi yang bilang senja itu bikin galau)

Akar-Akar Wangi

lampu merah, 25 detik kami menunggu menunda sejenak perjalanan semua kendaraan itu seperti spektrum warna yang terus melaju di sampingku telah duduk seseorang lelaki tua renta tapi semangatnya masih membara badannya melemah, tapi selalu siaga wajahnya keras sekeras hatinya menjalani hidup membawa sekarung seruling bambu dan seikat akar wangi aku baru sadar hidup ini memang ekspansi kosmos terus berkembang, sampai habis waktu berusaha memahami lagi segala esensi di belakang pasar lelaki itu bersiap mengangkut semua barangnya, lalu menghilang selamat jalan pejuang kehidupan

Budak-Budak Emosi

kita itu siapa? angkuh sekali rasanya berani menentang Tuhan berusaha merayu alam ketika logika dilupakan perasaan dijadikan alasan bodohnya kalian semua! memahami sedikitpun tidak akalmu kau tinggalkan kepalamu keras layaknya batu lalu semua kata cemooh itu kau selalu menantang maju cukup! hentikan! sebelum semua jadi abu dan akhirnya keluar air mata pilu