PART 1 : FIRASAT


Source: https://adisutjipto-airport.co.id/id/terminal-keberangkatan/index

Sedari tadi kami diam. Memandangi jalanan lurus di depan yang tampak ramai meskipun lancar. 

"Sssttttt, jangan bengong dong," katanya lirih sambil tetap fokus menyetir.

Aku hanya tersenyum sebentar menanggapinya. Mobil kemudian memasuki area parkir. Sempat berputar-putar sebentar mencari tempat, karena parkir cukup penuh pagi ini. Setelah mendapatkan tempat, semua barang diturunkan. Ada satu koper besar, duffle bag, dan tas backpack favoritnya. Kemudian semuanya dimasukkan ke dalam troli yang diambilnya setelah berjalan melewati lobi terminal utama. 

"Ga ada yang ketinggalan kan?" tanyaku memastikan.
"Ada, nih yang dari tadi mukanya datar terus di depanku," ejeknya dengan terkekeh.

Muka kesalku tersamarkan oleh panggilan petugas untuk jadwal penerbangannya. Dia mengusap kepalaku dan memelukku sebentar.

"Baik-baik ya di sana, hati-hati sama pergaulan metropolitan."
"Heh! Kamu yang harusnya hati-hati, jangan makan sembarangan! Di sana banyak yang ga halal kan?"

Kami tertawa sebentar, namun terasa hangat dan dalam. Iya, kami tau. Kami sama-sama mencoba menyamarkan gusar, tapi apa daya. Panggilan petugas kembali terdengar, dia bergegas mendorong trolinya.

"Save flight ya!," ucapku dengan senyum.
"Thanks Nya, see you soon!" diiringi dengan lambaian, berjalan menuju pintu terminal A.


Aku memandangnya dari jauh, makin jauh, sampai dia berbelok masuk dan menghilang. Lalu...

Kriiiiiiing... Kriiiiiiiing... Kriiiiiiiiiiiiiiiing!

Aku tergagap bangun. Setengah sadar mencari telpon genggamku yang berbunyi nyaring. Mbak Naila.

"Iya, gimana Mbak?"
"Udah dipikirin tawaran kemarin Nya? Hari ini bos besarnya dateng ke kantor kita, katanya ada meeting sekalian nanti siang mampir. Kalau kamu mau, nanti aku atur jadwalnya biar sekalian perkenalan, gimana?"
"Hmmm aku ngikut sih Mbak. Kemarin udah cerita-cerita juga sama keluarga dan Aldo, ga masalah kok."
"Oke kalo gitu, buruan mandi sana, dandan yang cakep ya. Good luck for today!"
"Makasih banyak ya Mbak Nai buat bantuan dan semuanya."
"Entaran aja makasihnya, sekarang utuhin nyawa dulu sana! Baru bangun kan pasti? Hehe."
"Tau aja sih Mbak haha."
"Bye, sampai jumpa di kantor ya!"

"Oke Mbak."
 

Tut tut tut. Mbak Nai menutup telponnya. Dan aku baru menyadari.

"Mimpi apa sih tadi? Firasat banget deh," gumamku sambil beranjak dari kasur.

Tidak ada masalah sebenarnya dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Namun semuanya hanya teori, karena nyatanya kami sama-sama tau kemungkinan terburuk yang dirisaukan.


Leanna Rachel - Coffee
https://www.youtube.com/watch?v=r0lheRdyeVI

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kreatif dengan Koran Bekas

Senyum Minggu Lalu