Sebuah Pesan

Semakin lama kita akan semakin sadar, bahwa hidup ini bukan hanya sebuah cerita. Hidup ini begitu nyata, bukan ilusi atau imajinasi yang biasanya kita reka sesuka hati. Mungkin beribu kata maaf tidak akan bisa merubah apapun, segalanya sampai saat ini. Dulu ketika ada orang yang menyatakan hal yang sama, aku hanya bisa bergeming, toh dia tidak tahu siapa aku sekarang. Dan sampai saat ini, itu membuat aku berpikir apakah aku terlalu jahat? Ah, tidak juga, karena semuanya tidak harus butuh kepastian.

Saat sadar usia semakin bertambah, aku bukan lagi anak kecil yang tidak bisa menentukan arah. Anggap saja aku pemberontak, karena terkadang aku dianggap seperti itu walaupun maksudku tidak demikian. Aku hanya berusaha memperjuangkan apa yang aku anggap baik ketika itu benar adanya dan patut diperjuangkan. Hanya saja sering kali anggapan itu dibilang salah.

Semakin tua, lama-lama kita juga akan menyadari bahwa hidup itu semakin kompleks. Yang sebelumnya tidak kita ketahui, sekarang mulai nampak jelas. Tentang segalanya, masalah, polemik, kasus yang tidak akan pernah habis bahkan sampai kita mati nanti. Dan kau pun mungkin akan sadar, bahwa kebanyakan urusan hidup berhubungan dengan pilihan.

Pilihan. Semua abstrak ketika kita telusuri sebab akibatnya satu persatu. Justru akan tampak semakin rumit dan berbelit-belit. Ada banyak ketakutan dan keraguan setiap kita dihadapkan oleh pilihan. Orang pasti setuju bahwa memilih itu sulit, butuh pemikiran, butuh pertimbangan. Ada segudang resiko di setiap pilihan yang diambil, tapi selalu ada pula kebenaran yang patut diperjuangkan untuk dipilih.

Memilih itu sebuah keyakinan. Bagaimana kita bisa memilih jika tidak yakin? Dan terkadang keyakinan itu sifatnya spontan, tak terduga. Dituntut untuk memilih tanpa hati dan logika itu keji. Sama saja memaksa orang melakukan hal yang tidak disukainya dengan siksaan. Kalaupun sampai saat ini ada yang menganggap aku sebelah mata, maka aku akan tegaskan bahwa berhati-hati itu manusiawi. Apakah salah kita berjalan pelan-pelan karena takut jatuh tersungkur? Bukan kah ketergesaan itu seringkali berdampak kecerobohan?

Aku belajar untuk percaya, sedikit demi sedikit aku mulai membuka mata. Tapi aku sendiri tidak tahu apa yang membuatku masih kokoh pada pendirianku hingga saat ini. Aku seperti mempunyai firasat untuk menundanya, dan sekarang aku sangat paham.

Perang batin pun dimulai saat semua mulai memudar, dan timbul seberkas sinar. Yang pudar kini kembali, menjadi sebuah garis yang jelas. Sinar ini pun akan terus bertambah seiring waktu berjalan. Dan pertanyaan mulai muncul, apa salah ku? Kenapa baru sekarang semua sadar? Banyak orang menyesali keterlambatannya memberi tahu, dan beberapa penyesalan datang saat terlambat mengetahui sesuatu.

Ada banyak alasan yang tidak bisa dijelaskan, baik dengan kata maupun tulisan. Terkadang kita hanya perlu saling memahami untuk menyelesaikan sengketa tanpa harus berujung benci. Apa sekarang aku sudah harus menentukan arah? Sebelum semua berubah, sebelum semua pasrah. Dan untuk kalian aku berpesan, jangan terlambat sebelum akhirnya sadar semua akan tamat.

video from: http://www.youtube.com/watch?v=5TR3F-yL-jg

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kreatif dengan Koran Bekas

Senyum Minggu Lalu

PART 1 : FIRASAT